Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Review Gerbang Trinil

http://d.gr-assets.com/books/1409131237l/23111279.jpgJudul Buku : Gerbang Trinil
Penulis : Riawani Elyta (@RiawaniElyta) dan Syila Fatar (@liy_amalia)
Penerbit : Moka Media (@mokabuku)
Tahun Terbit : 2014
Tebal : vi + 296 hlm; 12,7 x 19 cm
ISBN : 979-795-874-4
Harga : Rp 69.000

Sinopsis:

Ia datang untuk mengungkap masa lalu.

Areta bukanlah gadis biasa.

Ia terobsesi pada fosil manusia purba Pithecanthropus erectus hingga suatu hari ia menemukan bahwa manusia purba itu belum punah.

Hanya untuk menemukan …

Penyelidikan Areta membawanya ke Trinil, Jawa Timur. Ia berusaha mencari kebenaran dan mengungkap rahasia yang disimpan neneknya. Namun rasa ingi tahu justru membawanya pada petualangan yang paling berbahaya.

Bahwa mereka datang untuk menghancurkan masa depan.
Bangsa Pithe bukan hanya kembali ke bumi. Mereka datang dengan misi untuk menguasai bumi dan menciptakan generasi baru di bumi, meski untuk itu manusia harus tersingkir dan punah.

Areta tak punya pilihan lain kecuali berjuang mati-matian. Karena sekarang, ini bukan hanya tentang nyawanya.

Ini tentang masa depan planet bumi.


ResenQi :
Gak salah deh beli buku ini, sebagai seorang yang suka dengan science-fiction, buku ini sangat menarik untukku. Membayangkan Areta yang terasing di kelas karena satu-satunya perempuan yang jarang bersosialisasi karena sibuk dengan fosil-fosilnya, aku jadi teringat diriku sendiri yang sering mengasingkan diri xD.

Ceritanya cukup menarik, berkisah tentang Areta, yang menemukan keganjilan saat berkunjungan ke Museum Trinil dan rumah neneknya. Ada sebuah portal di belakang rumah neneknya, Areta yang sedang mengamati malah diajak masuk oleh sosok asing. Tiba-tiba saja, Areta sudah berada di tempat asing dan diklaim menjadi penerus dari Pithe alias Pithecantropus Erectus.Selanjutnya, Areta harus membebaskan diri dan menggagalkan rencana mengerikan Pithe untuk mengambil kembali tempat tinggal mereka dulu, bumi.
Novel ini juga mengkritik kita, bahwa kita, yang disebut Homo Sapiens di novel ini, harus lebih mampu menjaga bumi, jangan sampai kita Cuma merusak. Selain itu juga, Pithecantropus Erectus sudah punah karena seleksi alam, akibat dari menentangnya, mereka harus mengorbannya banyak orang, dan akhirnya, mereka juga mati.

Kebanyakan teknologi hanya sebagai pelengkap, sehingga tidak terlalu rumit. Penulisannya juga mengalir dan mudah dicerna. Di sini juga Areta, sebagai tokoh utama, bisa menjadi pusat dan bukan pelengkap tokoh pria, seperti kebanyakan Young Adult Fiction, bahkan adegan cinta juga sangat minim.

Sayang, Trinil tidak dieksplor terlalu jauh di sini, padahal aku berharap bisa kenal Trinil lebih dalam. Ternyata setting kebanyakan berlatar di pesawat Pithe.

Walaupun begitu, Banyak hal mengejutkan yang terjadi di novel ini, Mala dengan Pithe, dan jati diri Reza yang sebenarnya. Selain itu juga, kisah cinta percintaan Reta dan Andri juga digambarkan tidak terlalu dominan, hanya sekedar bumbu, ini membuatku bisa fokus pada perjuangan Areta melawan Pithe Black dan anak buahnya.

Walaupun ada yang masih kurang sreg sama endingnya. Di satu sisi, aku suka endingnya, karena sesuai dengan harapanku. Di sisi lain, entah kenapa rasanya kurang nendang, agak kecewa dengan ending yang seperti itu. Tapi, endingnya bagus sih xD

Jadi, buat kalian yang suka dengan sejarah Indonesia terutama tentang tulang belulang, science-fiction, penculikan oleh alien, ancaman depopulasi dari alien, manusia purba yang ingin mengambil kembali apa yang pernah dimilikinya, atau penasaran dengan novelnya, baca aja, Gerbang Trinil!


Quote :
“…hanya kau yang pantas membawa benih ini. kau mencintai tulang belulang kami yang sudah membatu. Kau tidak akan memusnahkan kami.”(Hal. 175)
“…mereka sudah jauh lebih baik dari saat aku pergi. Bahkan mereka lupa apa aku pernah terlahir ke dunia ini. Yah, harta memang membuat manusia kerap lupa pada masa lalunya. Tapi bagiku tak masalah. Yang penting mereka bahagia.”(Hal. 226)
Muhammad Rifqi Saifudin
Muhammad Rifqi Saifudin Abdi masyarakat yang senang menangkap momen dalam bentuk cerita. Bisa dihubungi di: - rifqimu@gmail.com - @m_rifqi_s (Instagram) - @mrifqi_s (Twitter)

11 komentar untuk "Review Gerbang Trinil"

  1. Wah boleh di masukin ke daftar belanjaan ni hahahaha

    BalasHapus
  2. melihat dadi resensinya ajah udah seru nih kayagnya, petualangan si areta patut untuk disimak dan juga mengambil setting di trinil jadi malah bisa tau apa ajah yang ada di sana..
    bisa jadi daftar belanjaan nih buat bulan ini :D

    BalasHapus
  3. Wih , diliat dari sinop san resensi yang ente buat..kayaknya keren gan
    udah terbit dimana aja ya

    BalasHapus
  4. Kok kayanya keren ya... Aku sebenernya suka dengan sejarah, Tapi nggak suka ngapalinnya. Hal-hal di masa lampau yang nggak bisa kita temuin di jaman sekarang, kaya fosil. Aku juga suka spicles kalau lihat benda bersejarah, terus bayangin kalau benda itu dulunya dipakai atau hidup.

    Berarti risetnya keren. Tapi harganya :D Nabung dulu, atau pinjem kali ya... pinjemin dong, Rif... ^^

    BalasHapus
  5. Whoaaa.... resensi buku lagii.... dan sepertinya buku ini keren...
    aku suka berimajinasi....

    tapi ini imbasnya ini akan makin memperpanjang list buku yang pengen dibeli.... *lirik duit di dompet*

    BalasHapus
  6. hmm, antara tebal dan nggak tebal halamannya.
    dilihat-lihat sih bahasanya oke-oke nih kayak di buku filosofi kopi...
    tapi, harganya mahal amat....

    BalasHapus
  7. Nah, review lo ini bisa buat referensi gue nih. Dilihat dari sinopsis lo, kayaknya bukunya keren banget. Cerita science-fiction dikombinasikan dengan misteri, perpaduan yang keren banget. Apalagi pesan-pesan yang disampaikan dalam keseluruhan ceritanya positif banget. Supaya kita manusia modern selalu menjaga bumi ini. Keren banget kayaknya.
    Kalo gue ke tokobuku lagi, gue mau beli buku ini deh. Kalo Rifqi mau beliin, juga gakpapa lho :D

    BalasHapus
  8. Penasaran pengen baca novelnya karena baca review dimari.

    BalasHapus