Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Say Up To You To Golput!

Hm... padahal iseng-iseng aja ngebalas email minggu kemarin. Eh, gak disangka minggu ini dapet balesannya :
Ok, langsung aja ini isinya :


15 September ****
Wah, tak kusangka kamu mau mendengarkan keluh kesahku, terima kasih ya.
Ya, mulai di email yang ini, akan kuceritakan semua keluh kesahku satu persatu.
Oh iya, untuk tanggal jangan terlalu dihiraukan ya, aku kadang suka mengambil sembarang tanggal xD.
Ok, fokus ke masalahku.
Oh iya, karena aku suka bikin cerpen, boleh kan aku ceritakannya dalam bentuk cerpen, boleh ya ;)
---
Masih kupandangi kartu yang sedari tadi kupegang, “Baru saja punya KTP, masa sudah disuruh milih presiden, milih siapa ya?” kataku dalam hati sambil terus memandangi kartu yang bertuliskan ‘Kartu Tanda Penduduk’ lengkap dengan identitasku.
“Woy, itu kartu jangan dipelototin mulu, cepetan naik!” teriakan temanku membuyarkan lamunanku.
“Iya, iya, sabar dong!”
“Alah, sabar sabar, muka lu kayak hitungan aljabar!”
“Hah?”
“Hah, huh, hah, huh! Pegangan!” setelah mengatakan itu, temanku langsung menancap gas sepeda motornya dengan kencang.
Aku tersentak di belakang, “Woy, pelan-pelan! Kau mau aku mati apa?” temanku hanya terlihat cengengesan di depan.
***
Akhirnya aku sampai di rumah, penderitaan sepanjang perjalanan dengan temanku berakhir sudah, “Alhamdulillah, sampai juga,” gumamku
Lu nanti presiden milih siapa?” tanya temanku saat aku turun dari sepeda motornya.
“Aku masih bingung nih, mana ya lebih bagus ya?”
“Lah, malah nanya balik, mana gue tau!? Itu terserah hati nurani masing-masing.”
“Iya sih, masalahnya, kenapa cuma 2 pilihannya, gak ada kandidat lain apa?”
“Lah, yang lolos cuma itu, mau gimana lagi?”
“Emang iya sih, tapi masa gak ada pilihan ketiga?”
“Ada?”
“Apa?”
“GOLPUT!” temanku langsung menancap gas setelah selesai mengucapkan kata-katanya.
***
Aku tau temanku cuma bercanda masalah mengatakan ‘GOLPUT’ tempo hari, tapi, entah kenapa aku merasakan itu adalah pilihan yang tepat bagiku. Akhirnya, ketika orang lain sibuk hilir mudik TPS untuk memilih, aku asyik nongkrong sambil makan gorengan di taman kota, cuma abang tukang jual gorengan yang menemaniku.
“Mas, gak milih ya?” tanya abang tersebut padaku.
“Gak ah, gak ada yang pas menurutku, Bang,” jawabku sambil melahap gorengan.
“Ah, masa gak ada yang pas, Mas?”
“Itu kan menurutku, Bang.” Jawabku sambil menyeruput the hangat, “Coba abang pikir, capres nomor urut 1, bapak ini kan dulunya biang kerusuhan di Indonesia, dan habis itu beliau malah kabur ke luar negeri, nanti kalau pas mimpin kabur lagi gimana?”
“Tapi kan, ada yang bilang dia kabur karena ada alasan lain, Mas. Lagipula kan itu udah bertahun-tahun yang lalu, mungkin saja beliau sudah berubah.”
“Betul juga sih,” kataku sambil melahap satu gorengan (lagi).
“Itu tadi kan yang nomor 1, terus nomor 2 gak pasnya dimana. Mas?”
“Nah, kalau yang nomor 2 ini menurutku gak konsisten, masa walikota belum selesai naik jadi gubernur, habis itu dari gubernur baru beberapa bulan, langsung nyalon jadi presiden, nanti kalau jadi presiden bisa-bisa naik jadi sekjen PBB lagi.”
“Uhuk,” sang abang yang lagi minum teh langsung tersedak ketika mendengar penjelasanku.
“Kenapa, Bang?”
“Gak apa-apa.”
“Nih, minum air putih dulu,” kataku sambil menyodorkan air putih, sang abang langsung meminumnya.
“Huft… lega,” kata abang setelah minum air putih.
“Abang tadi kenapa?” tanyaku.
“Itu, cuma kaget aja, masa presiden jadi sekjen PBB?”
“Lah, emang gak bisa, Bang?”
“Mana abang tau, sekjen PBB aja abang kagak tau apaan, HAHAHA,”
GUBRAK!
“Hah? Terus tadi kenapa kaget?”
“Pengen aja,” sang abang mengatakannya dengan wajah tak berdosa.
“Ni abang kenapa ya?” pikirku dalam hati, “Ah, gak usah dipikirin, makan lagi ah,” kembali kulahap satu gorengan.
“Oh iya, Mas, masalah yang nomor urut 2 itu, bisa jadi karena memang beliau dibutuhkan rakyat, prestasi beliau di tempat beliau pernah memimpin mungkin diingikan juga oleh warga rakyat lain, toh, tempat yang beliau tinggalkan sebelumnya tetap aman, tenteram, sejahtera, kan?”
“Bener juga,” gumamku, “Ah, tapi tetap aja aku mau golput!”
***
Jam telah menunjukkan pukul 11 pagi, tak terasa sudah sejam lebih aku di taman, sudah banyak orang yang hilir mudik, gorengan abang juga sudah banyak kulahap, dan orang-orang yang sudah selesai memilih mulai berdatangan ke taman, kelingking dengan tinta biru, itu ciri-ciri yang paling mudah dikenali. Entah setan apa yang merasukiku, tiba-tiba aku serasa dipanggil untuk pergi ke TPS, akhirnya setelah bayar kepada abang, aku berniat ke TPS.
“Mau pulang?” tanya abang saat aku membayar.
“Gak,” jawabku
“Terus?”
“Mau ke TPS,” jawabku sambil berbisik, aku tidak mau orang-orang yang mendengarku.
“Hah?”
“Ssst…!” langsung kututup mulut abang yang berteriak kencang sekali, seisi taman langsung melirik ke arah kami, kami hanya cengengesan. Setelah itu aku langsung kabur dan pergi ke TPS.
Walau aku ke TPS, ternyata hati nuraniku tidak bisa dibohongi, aku tetap ‘GOLPUT’. Seandainya hasilnya tidak memenuhi target dan ada pemilu ulang, selama mereka berdua tetap menjadi kandidat, aku akan terus golput, hati nuraniku tidak bisa dibohongi dan tidak mau dipaksa!
Tapi, biarpun aku golput, aku akan tetap mendukung siapapun yang bakal jadi pemimpinnya. Aku golput karena aku tidak bisa membohongi diriku sendiri, aku merasa tidak ada kandidat yang tepat untuk memimpin. (Menurut pandanganku), para kandidat belum layak jadi pemimpin sehingga aku tidak menggantungkan harapanku pada keduanya. Walau begitu, bukan berarti aku tidak bisa memilih atau tidak paham dengan pilihan. Aku cuma ingin tau, apakah yang dipilih jadi pemimpin memang cocok menjadi pemimpin. Kalau cocok, ya Alhamdulillah, kalau masih belum, ya paling tidak dia pasti bakal belajar agar cocok :). Aku akan tetap melakukan kewajiban ku sebagai warga Negara yang baik, mengkritik bila ada yang salah, memuji bila ada yang berhasil.
---
Hm… gimana cerpennya? Keren gak? Tolong kritik ya, mungkin ada kata-kata yang kurang pas atau EYD yang salah, tolong dibetulkan :).
Oh iya, mau tau kenapa aku golput? Gak? Ya udah, walaupun kamu gak mau tau, tetap aku kasih tau.
Di cerpen, mungkin ada alasan yang sudah aku ungkapkan kenapa golput, tapi disini aku mau menjelaskan (lagi)
Aku golput karena aku merasa tidak ada kandidat yang tepat untuk memimpin. (menurut pandanganku), para kandidat belum layak jadi pemimpin, jadi aku tidak bisa menaruh harapan pada para kandidat. Itu alasan pertamaku.
Alasan yang lain, aku golput karena aku ingin netral. Aku ingin melihat mana kandidat yang memang banyak dipilih. Dengan golput aku juga bisa mengkritik dengan bebas, kandidat mana pun yang menang tidak masalah, aku tidak bakal men­judge kandidat yang kalah dan mengagungkan kandidat yang menang. Kalau aku pendukung salah satu kandidat, (kemungkinan besar) kalau kandidatku menang tentu bakal bahagia sekali dan kalau kalah bisa-bisa tidak terima, jadinya aku memilih golput. Jadi dengan golput, aku benar-benar bisa melihat kinerja kandidat yang menang dengan netral tanpa dilebih-lebihkan. Kalau memang bagus aku bakal memuji dan kalau kurang bagus akan kukritik. Karena, walaupun aku golput, bukan berarti aku tidak bisa memilih atau tidak paham dengan pilihan. Aku Cuma ingin tau, apakah yang dipilih jadi pemimpin memang cocok menjadi pemimpin. Kalau cocok, ya Alhamdulillah, kalau masih belum, ya paling tidak dia pasti bakal belajar agar cocok :).
Huft… panjang juga ya email keduaku. Hehehe, kayaknya udah cukup sampai sini aja.
Ok, sampai ketemu minggu depan di email ketiga! :D
Oh iya, pesanku, Say Up To You To Golput!
*********
 
Oh iya, dia kan di situ ada minta kritik tentang cerpennya. Pembaca yang mau mengkritik silahkan, kali aja si "dia" membaca dan cerpennya bisa diperbaikinya :)

Oh iya, baca juga di wattpad :
Muhammad Rifqi Saifudin
Muhammad Rifqi Saifudin Abdi masyarakat yang senang menangkap momen dalam bentuk cerita. Bisa dihubungi di: - rifqimu@gmail.com - @m_rifqi_s (Instagram) - @mrifqi_s (Twitter)

2 komentar untuk "Say Up To You To Golput!"

  1. cerpennya lebih ke arah curhat ya :)
    Pemilu kemaren gw juga golput, bukan gara2 netral tapi gw ada di wilayah yang beda sam KTP gw. Karena gw males ngrus sana sini, biasalah birokrasi di negara kita kan kompleks abis

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, memang si 'dia' ngirim email buat curhat tuh xD

      Oh, golput juga ya mas :). Wah, di luar negeri dong, negara mana mas kalau boleh tau? Ya, itu uniknya Indonesia mas xD

      Hapus