Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cuma Ini Yang Kuinginkan, Tidak Susah, Kok!

Bel pulang berbunyi, kelas yang memang tidak ada gurunya sejak sejam yang lalu membuat Joko langsung bisa keluar kelas tanpa menunggu persetujuaan siapapun, dia keluar lebih dulu dari yang lain, layaknya kurir JNE yang mendapatkan pengiriman cepat, dipakainya sepatu dan langsung pergi ke parkiran mengambil sepedanya.

Bukan, suasana panas akibat Udin dan Amat di kelas sejak tidak ada guru bukan penyebab Joko ingin cepat-cepat, dia tau yang sebenarnya.

Tepung di sisi meja Siti yang ditutupi sedemikian rupa dan telur di dalam meja Ajeng, itu yang ditakuti Joko. Dia tidak ingin ikut-ikutan melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat itu, itu sebabnya dia ingin cepat-cepat pulang, sebelum badan coklatnya berubah menjadi adonan dengan tepung dan telur yang sangat berbau.

Saat perjalanan pulang, bisa dilihatnya dari sisi jalan, di belakang sebuah gedung pemerintah yang lumayan luas, Ajeng, Siti, Amat, dan teman sekelasnya yang lain melempari Udin dengan tepung, yang lain melempari dengan telur. Lantai tempat mereka 'berpesta' itu penuh dengan tepung dan sudah bisa ditebak, Udin sudah seperti adonan dengan tepung dan telur di sekujur tubuhnya, Joko tidak bisa membayangkan betapa baunya dia, dan lebih tidak terbayang lagi apabila dia yang jadi 'korban' dan pulang ke rumah, bagaimana komentar orangtuanya?

"Setelahnya, pasti yang lain juga jadi adonan," gumam Joko sambil mengayuh sepedanya, sepertinya teman-temannya tidak memperhatikan Joko yang lewat bersepeda memerhatikan mereka. Joko pun tidak mau mereka sadar, dia tidak ingin diajak masuk ke 'pesta' mereka.

Sesampainya di rumah, setelah memberi salam, dia langsung masuk ke kamarnya, dilihatnya kalender, "Tinggal sepuluh hari lagi," senyumnya, "ah, tapi kuyakin sama seperti tahun-tahun sebelumnya," dibuangnya kalender itu ke kasur, kemudian dia berebah, "sweet seventeen atau bukan, aku tidak akan dapat kado itu,"
---
Aku sama seperti Joko, tahun ini sweet seventeen, tidak suka dengan 'pesta', bahkan menginginkan kado yang sepertinya 'mustahil'.

Sebenarnya, kado yang kami, aku dan Joko inginkan, sangat sederhana. Sesuatu yang bukan materi, tidak mahal, sayangnya tidak seperti kado pada umumnya, kuyakin kalau aku memberi tau apa yang kuinginkan pada hari ulang tahunku, banyak teman-temanku yang tertawa.

Kadoku hal yang sangat umum, aku sendiri sering ikut memberi 'kado' ini ke beberapa teman bahkan guru, sayangnya, aku sendiri belum pernah sekalipun, selama enam belas tahun, merasakan kado ini.

Kado yang kuinginkan di hari ulang tahunku adalah,
SURPRISE
Yap, cuma sebuah surprise alias kejutan.

Aku ingin sekali saja merasakannya. Diucapkan "Selamat Ulang Tahun" sambil membawa kue yang sudah diberi lilin oleh teman-teman ataupun keluarga setelah sebelumnya dikerjai atau di saat-saat yang terduga, aku yakin pasti sangat menyenangkan. Aku sudah sering melihat orang yang diberi surprise, dan semuanya bisa kupastikan suka, walaupun semarah apapun sebelumnya saat dikerjai, dijamin bakal langsung dilupakan.

Aku ingin, sekali saja merasakannya di ulang tahunku, satu hal yang bisa kuingat dari hari ulang tahunku. Selama enam belas tahun, ulang tahun atau tidak, semuanya saja sama. Orang tua sih mengucapkan, mereka juga pernah memberi kue ulang tahun, kado juga sering, tapi tidak ada surprise sama sekali, hanya sekedar "say birthday".

Jadi, di sweet seventeenku, aku ingin surprise, ingin sebuah kejutan, tidak ada hal lain yang kuinginkan, materi bisa hilang atau bahkan dilupakan, tapi kalau sebuah kenangan diberi surprise, kuyakin bakal tetap kuingat sampai tua nanti :)
Muhammad Rifqi Saifudin
Muhammad Rifqi Saifudin Abdi masyarakat yang senang menangkap momen dalam bentuk cerita. Bisa dihubungi di: - rifqimu@gmail.com - @m_rifqi_s (Instagram) - @mrifqi_s (Twitter)

3 komentar untuk "Cuma Ini Yang Kuinginkan, Tidak Susah, Kok!"