Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

IndonesianYouth Pitstop : Gara-Gara Jadi Relawan

Menurut data, di tahun 2020 mendatang, jumlah angkatan kerja akan mencapai puncaknya. Dengan lapangan kerja yang tidak bertambah, di tiga tahun mendatang maka perebutan pekerjaan akan semakin menjadi. Sebagai seorang mahasiswa, pengalaman kerja di CV sangat penting untuk bisa berjuang di perebutan lapangan kerja. Bagi perusahaan, mereka harus lebih teliti lagi melihat para calon pekerja yang berpotensi. Sebagai calon pencari kerja, apa yang harus mahasiswa lakukan? Salah satunya adalah menjadi relawan.

Sabtu tanggal 6 Mei 2017 diadakan Seminar bertajuk "Gara-Gara Jadi Relawan" yang merupakan rangkaian acara IndonesianYouth Pitstop 2017 dari Sinergi Muda. Seminar ini membicarakan tentang pentingnya menjadi relawan bagi mahasiswa untuk kehidupan mereka ke depannya. Selain itu juga memberitaukan bagaimana cara memulai menjadi relawan.

Seminar yang diadakan di Universitas Pertamina, Jalan Teuku Nyak Arief, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan ini mengundang tiga narasumber yang berpengalaman dalam kerelawanan. Ada Maritta Rastuti  selaku Organization Activation Manager Indorelawan, Bimo Wikantiyoso yang merupakan Head of Kompas Karier, dan Ari Khusuma, seorang wirausahawan muda yang aktif dalam berbagai kegiatan kerelawanan.

Dipandu oleh Sasa (None Jakarta Pusat), seminar ini dibuka pemaparan dari Maritta tentang "Ngapain jadi Relawan". Ia menyampaikan bahwa relawan dan volunteer itu adalah hal yang sama, tapi persepsi di masyarakat menganggap bahwa relawan itu hanya yang berkutat dengan bencana dan semacamnya dan pemuda lebih senang menyebut diri merek volunteer. Padahal, keduanya adalah hal yang sama. Selanjutnya ia menyampaikan kalau ada beberapa kesalahpahaman masyarakat terhadap relawan, yaitu:
  1. Relawan harus mapan
    Mapan baik dalam hal uang, keterampilan maupun usia. Padahal, hampir 80% relawan di Indorelawan adalah mahasiswa. Dan soal keterampilan, malah sebenarnya menjadi relawan adalah ajang melatih keterampilan.
  2. Relawan harus punya 'waktu'
    Sebenarnya relawan tidak harus terjun ke lapangan. Banyak relawan yang bisa dilakukan di rumah atau kos seperti admin sosial media dan semacamnya. Jadi, masalah waktu sebenarnya bukan masalah besar. Karena seorang relawan pasti sudah memikirkan kapan dia kosong dan bisa membantu.
  3. Relawan tidak membuat perubahan
    Nyatanya, menjadi seorang relawan adalah salah satu cara kita untuk membantu sesama, langkah kecil menuju sebuah perubahan yang lebih besar.
Materi selanjutnya disampaikan Ari Khusuma. Seorang dosen Biologi di salah satu universitas ini merupakan Success Person Indorelawan. Kali ia membahas tentang "Volunteer Impact". "Menjadi relawan itu bukan untuk menjadi keren, tapi untuk (menjadi) lebih bernilai, paling tidak untuk diri sendiri," kata Ari membuka materinya. Selanjutnya ia menjelaskan untuk menjadi relawan bisa dimulai dari hobi (hal yang kita sukai), passion (hal yang kita minati), dan routinity (rutinitas sehari-hari). Selain itu, menjadi relawan punya banyak manfaat. Kita bisa belajar skill baru, menjadi lebih sehat baik lahir maupun batin karena adanya happiness effect, dan juga merasa lebih berarti dan bermanfaat. Dalam karir profesional pun akan berdampak besar, bisa jadi kita bertemu dengan komunitas yang nantinya menunjang karir kita ke depannya atau kemampuan yang kita dapat ketika menjadi relawan berguna di dunia kerja.

Di materi terakhir, Bimo Wikantiyoso berbicara dari sisi perusahaan atau pihak pencari pekerja. Membahas tentang "Why Volunteering", kenapa harus volunteering atau menjadi relawan? Ketika pencari kerja berada pada puncaknya di 2020, tiga kemampuan yang harus dimiliki para pencari kerja adalah Complex Problem Solving, Critical Thinking, and Creativity. Ketiga hal ini tidak diajarkan di bangku perkuliahan, salah satu cara untuk bisa mempelajarinya adalah dengan menjadi relawan. "Yang penting bukan gelar tapi bisa apa," begitu kata Bimo ketika menjelaskan apa yang sebenarnya dicari seorang HRD. Ada satu hal yang unik dari Bimo, ia sudah menjadi konsultan di berbagai perusahaan termasuk BUMN tapi baru mengambil ijazah tahun ini. Hal ini membuktikan kalau pengalaman lebih penting dari ijazah. Bisa jadi ketika menjadi relawan ada perusahaan yang melihat kemampuan kita, ia tidak lagi mencari ijazah, setelah melihat kita bisa kerja, langsung direkrut.

Sebagai penutup, Ari memberikan pesan untuk memulai menjadi relawan yang penting adalah coba saja dulu. Karena apabila tidak dicoba kita tidak akan tau apa yang menjadi passion kita. Maritta menambahkan mulailah dari hal kecil. Banyak aktivitas kerelawanan yang tidak memerlukan keterampilan dan pengalaman banyak, mulailah dengan hal seperti itu. Seiring berjalannya waktu maka secara tidak sadar akan ada puluhan bahkan ratusan aktivitas kerelawanan yang dilakukan. Selesai pemaparan materi, ada Ice Breaking berupa Stand Up Comedy dari Wildan Fahrudi. Setelah Stand Up dilanjutkan dengan sesi Q&A dan terakhir foto bersama.
Muhammad Rifqi Saifudin
Muhammad Rifqi Saifudin Abdi masyarakat yang senang menangkap momen dalam bentuk cerita. Bisa dihubungi di: - rifqimu@gmail.com - @m_rifqi_s (Instagram) - @mrifqi_s (Twitter)

8 komentar untuk "IndonesianYouth Pitstop : Gara-Gara Jadi Relawan"

  1. Kok aku malah gagal paham iya?.....hehe

    Tapi ada satu hal yang bisa aku petik. aku kirain relawan itu bantu tenaga aja, ternyata harus siap memiliki keuangan yang baik.

    Persaingan dunia kerja indonesia makin ketat, mungkin ada baiknya kita belajat bahasa asing, seperti inggris, mandarin, bahasa arab

    BalasHapus
  2. Eh Relawan itu bisa dijadikan Passion juga ya ?
    Berarti relawan itu semacam pekerjaan toh ?

    Dulu aku pernah ikutan acara relawan gitu sih pas ada bencana alam di Jakarta,
    Asik juga karna kegiatan itu ternyata bisa membuat seseorang lebih terbuka untuk melihat keadaan sekitar :)

    Pararelawan juga biasanya orangnya baik-baik asik diajak berteman,.

    Jadi mau berteman sama aku ga ?

    BalasHapus
  3. Jadi tertarik menjadi relawan, mungkin kalau jadi relawan bakalan mudah cari kerja sekalian bisa buat ngasah skill. Aku sendiri baru lulus tahun ini dan rencananya mau kuliah, kalau kuliah apa bener bener masih punya waktu buat jadi relawan? Selain menjadi admin di social media, menjadi relawan apa yang pas atau cocok untuk anak kuliahan? Dan satu lagi cara jadi relawan gimana ya? Apa ada tempat untuk daftar jadi relawan?

    Maaf kalau banyak tanya hehehe

    BalasHapus
  4. Aku beberapa kali jadi relawan, cuma kalo dari Indorelawan belom pernah ikutan sih. Rasanya.. canggung, bingung, tapi asik juga, pengen deh sering-sering jadi relawan, kadang kedengerannya juga asik gitu, emang volunteer tuh panggilan kerennya, pasti kebanyakan lebih seneng dibilang volunteer daripada relawan hahaha

    BalasHapus
  5. belum pernah jadi relawan aku mas hehe

    Bener apa yang dikatakan Dosen Ari Khusuma kalau jadi relawan bukan untuk menjadi keren, tapi jadi lebih bernilai buat orang lain, kan tujuannya membantu sesama.

    Jangan karena ingin dipandang keren dan baik, kita bela-belain jadi relawan, namanya aja relawan kan harus rela tanpa pamrih, ya gak mas? hehe (aku ngawur ya)

    BalasHapus
  6. Wow-wow-wow, 2020 puncaknya angkatan kerja, ya. Jadi takut gue buat ke masa depan. Eh, gak jadi deh. Wajar. Namanya juga hidup, pasti ada persaingan, hehe.

    Acaranya seru tuh kayaknya. Kalo gak salah, Sinergi Muda itu yang bikin Founder-nya Maicih bukan, sih? :D

    Menurut gue, jadi relawan kayak gitu emang penting banget, sih. Ya, kadang banyak orang yang berpikir "ngapain sih ikutan" atau "sok banget ikutan lo". Padahal, dibalik itu semua, menjadi relawan kita bisa membantu orang lain. Selain itu, menjadi relawan juga bisa menambah pengalaman di CV kita, hehe.

    BalasHapus
  7. Wajar kalau keadaan pencarian kerja bakal jadi sengit beberapa tahun mendatang. Banyak faktor yang bikin keadaan ini aku terus berlanjut. Kayak jumlah penduduk yang semakin bertambah banyak, dan jumlah manusia produktif yang g sesuai dengan lapangan pekerjaan yang tersedia.

    Aku belum pernah jadi relawan, cuman kalau dari penjelasan kamu, sekarang itu yang namanya pengalaman penting banget. Supaya CV kita semakin berbobot dan diperhitungkan

    BalasHapus
  8. wuih, ngeri ya 2020. Sadis. Banyak poin penting yang bisa dipetik tentang relawan dari tulisan lu ini. Relawan meman harus punya waktu, kalau nggak punya waktu tapi maksa jadi relawan ya itu menyiksa diri sendiri. Dan "nyoba" adalah cikal bakal dari passion yang teridentifikasi.

    BalasHapus