Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

PKN STAN Goes to Village - Hari Ketiga Part 2

Hari ketiga belum selesai. Setelah dosen pembimbing pulang, kami bersiap mencari makan siang. Sempat tercetus mie instan, Hesty salah satu yang paling bersemangat. Setelah voting, mayoritas memilih gado-gado mamake. Hesty pun ngikut. Jadi, siang itu kami makan gado-gado mamake (lagi).

Sore harinya kami pergi ke minimarket membeli 'kenang-kenangan' untuk desa dan alat-alat tulis untuk dibagikan kepada anak SD. Rencananya, hari Jumat ke SD untuk sosialiasi tentang pajak dalam bentuk bermain sambil belajar.

Awalnya ingin membeli tempat sampah di pinggir jalan, karena tidak ada yang sesuai keinginan, perjalanan dilanjutkan ke minimarket. Di minimarket tidak ada yang dicari. Di sana mas Ivan beli es krim, Cindy beli minuman dan yang lain tidak beli apa-apa. Melihat mas Ivan dengan lahap memakan es krim di tengah hujan deras di depan minimarket, aku tergoda melakukan hal yang sama. Akhirnya, aku beli es krim (juga).

Tidak ingin pulang dengan tangan kosong, kecuali aku dan mas Ivan yang sudah belepotan es krim, kami memutuskan ke Pasar Cikupa mencari alat tulis dan 'kenang-kenangan'. Sampai di pasar, hanya ada toko baju. Aku teringat Sudimampir, pasar di Banjarmasin yang mirip Tanah Abang.

Belum menyerah dengan keadaan, setelah mencari dan bertanya, dapatlah sebuah toko yang menjual berbagai macam hal semacam toko swalayan. Kalau di Bintaro mirip Harmoni, Ahad Mart, atau Hari-Hari. Namanya adalah Toko Yan. Ya, Toko Yan. Y-A-N. Alhamdulillah di sini didapatkan semua yang diinginkan.

Saat kembali ke Posyandu, kami membungkus hadiah yang akan dibagikan. Setelah selesai, kami memainkan werewolf. Kemarin bermain ludo yang memecah persahabatan, hari ini bermain werewolf yang membuat rasa tidak percaya antar teman semakin besar.

Puas bermain werewolf, malam ditutup dengan makan buah duku. Duku diberikan warga yang sering nongkrong tiap malam di depan kantor desa. Aku tidak ingat apakah kami makan malam atau tidak hari ini. Aku hanya ingat ada pedagang nasi goreng keliling yang dipesan salah satu aparat desa, tapi kami tidak pesan nasi goreng itu.
Muhammad Rifqi Saifudin
Muhammad Rifqi Saifudin Abdi masyarakat yang senang menangkap momen dalam bentuk cerita. Bisa dihubungi di: - rifqimu@gmail.com - @m_rifqi_s (Instagram) - @mrifqi_s (Twitter)

4 komentar untuk "PKN STAN Goes to Village - Hari Ketiga Part 2"

  1. Hal seperti ini pernah aku alamai juga, Mas. Suka bingung kadang, mau kasih kenang-kenangan apa ya..hehe
    Pendapat sendiri terkadang selalu nggak tepat, jadi harus diskusi.. Berangkat bareng, dan intinya ini tulisan mengingatkan aku dulu..

    Jadi pengen gado-gado juga nih, setelah baca ini. Untung aja nggak ada foto gado-gadonya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. cie... inget sama masa lalu :p

      Haha, laper ya mas? xD

      Hapus
    2. sama Mas Andi. Saya kok langsung bayangin gado2 juga ya. Jadi pengen! HAHA

      Ini sejenis KKN ya? Bener gak sih?

      Hapus
  2. Pkn itu seperti kkn di kampus ya ? bagus tuh kalau kenang-kenangan alat tulis baiknya juga alat alat kebersihan bro jadi kalau bersih-bersih akan selalu teringat. Ditunggu lanjutan petualangan pkn nya bro, semangat.

    BalasHapus