Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bumi Manusia: Dilan Versi Hanung

Bumi Manusia, sebuah novel karya Pramoedya Ananta Toer akhirnya tayang sebagai sebuah film. Sempat digarap Miles Film sebelum akhirnya digarap oleh Hanung Bramantyo. Film yang menarik untuk diikuti bagi penikmat sejarah apalagi pecinta karya Pramoedya. Hanung sendiri mengatakan bahwa Bumi Manusia adalah karya yang ingin dia garap sedari dulu. Berhasilkah ia menghadirkan film yang dari dulu dia idam-idamkan?

Bumi Manusia mengisahkan kisah cinta Minke (Iqbaal Ramadhan) adalah seorang terpelajar dan murid berprestasi di H.B.S. dengan Annelies Melema (Mawar Eva de Jong). Bukan hanya menceritakan kisah kasih dua insan, bumi manusia mengisahkan 'rasis'-nya (kebanyakan) kompeni kepada pribumi di masa itu baik dari segi perbuatan maupun hukum.

Berbicara mengenai karya "cinta-cintaan" dari sastrawan yang mumpuni, aku teringat dengan Hujan di Bulan Juni dari Eyang Sapardi. Memang keduanya berbeda. Tapi intinya sama, kisah cinta. Sarwono diiringi puisi, Minke di tengah kemelut pergelokan bangsa yang dijajah. Bumi manusia sebenarnya bukan tentang Minke-Anna saja, tapi Hanung ingin agar film ini berfokus pada hal tersebut.

Setelah Avenger: Endgame dan IT: Chapter Two yang akan tayang, bumi manusia berdurasi sekitar tiga jam. Paruh pertama film ini dihabiskan dengan mengeksplor kisah cinta Minke-Anna. Iqbal di sini menurutku masih seorang Dilan. Gaya ketika ia 'menggoda' Annelies mirip sekali dengan Dilan merayu Milea. Bagiku Minke hanya Dilan yang hidup di masa Minke.

Setting tempat yang ditampilkan lumayan megah. Hampir separuh film memang CGI dan lumayan kentara. Salah satu yang lumayan mengganggu walaupun masih ada beberapa lainnya yang sangat 'niat'.

Tapi bagusnya film ini hanya berhenti di kemegahan paruh pertama. Fokus Hanung kepada Minke-Anna banyak mengorbankan hal penting. Kendati berdurasi tiga jam, terlalu lama menyajikan romansa pemeran utama malah membuat film ini diakhiri dengan tergesa-gesa.

Kisah pertemanan Minke dan Jan Dapperste (Bryan Domani) disajikan begitu cepat. Trauma masa lalu Annelies dan kakaknya pun hanya sekelabat lalu tanpa pengembangan lebih lanjut. Bahkan perjuangan Minke menghadapi hukum Eropa termasuk perseturuannya dengan Robert Suurhof (Jerome Kurnia) di surat kabar hanya disajikan tanpa penonton diminta mengerti.

Hanung memang mengatakan kalau bumi manusia difokuskan pada kisah cinta Minke-Anna. Tapi film ini menurutku malah menjadi layaknya Dilan versi Hanung. Sayang sekali naskah versi Miles Film tidak bisa disaksikan. Padahal penasaran dengan versi mereka.

Bumi manusia masih layak ditonton bagi yang ingin melihat sejarah bangsa dari sisi yang berbeda. Film ini tetap layak sebagai tontonan mengenai sejarah. Semoga apabila Anak Semua Bangsa difilmkan tidak menjadi Dilan 1991.
Muhammad Rifqi Saifudin
Muhammad Rifqi Saifudin Abdi masyarakat yang senang menangkap momen dalam bentuk cerita. Bisa dihubungi di: - rifqimu@gmail.com - @m_rifqi_s (Instagram) - @mrifqi_s (Twitter)

5 komentar untuk "Bumi Manusia: Dilan Versi Hanung"

  1. saya sudah nonton ini...
    bagi saya si akting nyai lah yg paling menonjol.
    dari cara dia berjalan,menoleh,bicara... menjiwai dan anggun.

    BalasHapus
  2. Wahhh aku belum kesampean nonton saat film Bumi Manusia tayang di bioskop.. :( Setelah baca artikel ini aku berharap segera bisa nonton dan tayang ditelevisi..Karena pasti bagus banget.. Cant wait...

    BalasHapus
  3. Kalo menurut Dede yang udah baca + nonton, filmnya... Agak kurang sesuai ekspektasi, cuma 70% (mungkin) kepuasanku, tapi di bagian terakhir kacau banget sih, gue sampe nangis, maskara gue langsung luntur semua. Agak beda dari buku sih yaa, tapi wibawa Nyai Ontosoroh emang berwibawa banget, jujur kelakuannya Robert Mellema tuh bejat banget asli. Si Phyloginik Minke kasian banget tolong ga ngerti lagi. Udah nikah bininya dibawa ke Belanda, nggak diakui lagi Marital Statusnya hehe keren sih Bumi Manusia

    BalasHapus
  4. Saya salah satu pengagum karya Pram. Tapi saya belum nonton film ini. Terima kasih untuk infonya ya. Oh ya, saya nggak tau apakah ketika mengadaptasi buku jadi film bisa hanya fokus untuk satu sisi saja atau harus semua? Ini untuk pernyataan Hanum yg bilang hanya fokus pada kisah cintaπŸ˜€πŸ˜€πŸ˜€

    BalasHapus
  5. Udah pernah liat sih judul buku Pramoedya satu ini di tempatnya kakak kelas, dia punya koleksi buku gitu tapi belum tertarik baca, pas ngeliat update dilan meranin film bumi manusia, baru tau buku ini di film kan. Review film.y niat banget qi, gue aja kurang begitu ngerti bikin artikel review film begini, harus kritis ngasih analisis konten filmnya tanpa spoiler. πŸ˜…

    Eh baca hujan di bulan Juni juga? Gue baca juga, bukunya nggak tebel jadi bisa gue tamatin bukunya

    BalasHapus