Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Self Concept and Self Leading: Cara Menjadi Pemimpin Bagi Diri Sendiri

Pengertian Self Concept and Self Leading
Indonesia adalah negara yang besar, bangsa ini punya harapan besar pada pemuda. Ini karena saat menuju Indonesia Emas 2045, Indonesia mendapatkan bonus demografi yang membuat banyak pemuda akan bertanggungjawab terhadap wajah Indonesia nantinya. Sayangnya, berdasarkan IDNTimes, hanya 7% milenial Indonesia yang berkompetensi sebagai Pemimpin dan Boston Consulting Group menyebutkan di sector private kekurangan 8juta pemimpin, itu baru sector private. 

Pemimpin Dimulai dari Memimpin Diri Sendiri

Fakta di atas diperparah dengan kondisi negara saat ini yang tidak memiliki sekolah dan kurikulum yang mengajarkan untuk menjadi pemimpin. Kebanyakan forum kepemimpinan diadakan oleh partai politik yang condong pada ideologi tertentu. 

Kepemimpinan harus dipelajari pemuda agar nantinya mampu mengemban amanah untuk menjadi pemimpin di masa depan. Bagaimana caranya? Hal ini harus dimulai dengan belajar memimpin diri sendiri. 

Konsep Kepemimpina

Definisi pemimpin menurut Kevin Kruse (CEO of LEADx and author of Great Leaders Have No Rules) adalah proses mempengaruhi (social influence) dengan memaksimalkan upaya tim untuk mencapai sebuah tujuan (visi). Apapun kemampuan yang dimiliki seseorang, hal yang penting bagi pemimpin adalah mampu mempengaruhi. Kalau dalam memimpin diri sendiri, contohnya adalah dapat mempengaruhi diri sendiri untuk bangun lebih pagi. 

Banyak miskonsepsi terkait kepemimpinan, beberapa diantaranya adalah: 

  1. Berkaitan dengan usia atau posisi dalam struktur organisasi

    Pemimpin tidak ditentukan oleh usia atau posisi. Orang yang lebih tua belum tentu memiliki jiwa kepemimpinan, pun orang yang memiliki posisi tinggi. Miskonsepsi ini terjadi karena masyarakat memandang orang yang lebih tua memiliki pengalaman yang lebih banyak sehingga lebih dipandang dan dianggap bijaksana, padahal ada kemungkinan di masa serba cepat ini, pemuda memiliki pengalaman yang sama bahkan lebih dibanding yang lebih tua.
     
  2. Berhubungan dengan jabatan

    Pemimpin bisa ada di mana saja, pejabat pun belum tentu memiliki jiwa kepemimpinan. Para pemuda yang berada di kelompok kecil pun bisa menunjukkan taringnya sebagai pemimpin. Malah hal ini yang diperlukan untuk menunjukkan bahwa kita adalah seorang pemimpin. Mulailah sekarang!
     
  3. Berkorelasi dengan atribut pribadi

    Seperti definisi pemimpin di atas, inti kepemimpinan adalah mampu mempengaruhi, baik diri sendiri atau orang lain. Hal tersebut bisa dipelajari dan dimiliki siapapun tanpa peduli status sosial, suku, agama, kepribadian, dan atribut pribadi lainnya. Orang-orang sering menganggap hanya ekstrovert yang mampu menjadi pemimpin, padahal banyak pemimpin introvert yang bagus.

  4. Sama dengan manajemen

    Kepemimpinan dan manajemen adalah hal yang saling melengkapi tapi tidak sama. Manajemen adalah kemampuan mengelola barang atau struktur sedangkan kepemimpinan adalah kemampuan mengelola atau mempengaruhi orang. Seorang pemimpin tentu perlu Belajar manajemen tapi belum tentu orang yang ahli manajemen memiliki jiwa kepemimpinan. 

Alasan Kepemimpinan itu Pentin

Pemuda adalah harapan bangsa yang akan mengemban amanah meneruskan pembangunan ibu pertiwi. Kepemimpinan menjadi modal penting agar Indonesia tetap menjadi macan asia dan bahkan bisa diperhitungkan di dunia. Selain itu, berdasarkan konsep kepemimpinan di atas, dapat disimpulkan bahwa semua orang adalah pemimpin dan kepemimpinan dapat dipelajari semua orang. Kita semua adalah pemimpin, baik bagi diri kita sendiri, sebagai kepala keluarga, pemimpin dari anak-anak kita, sampai menjadi pemimpin di suatu lingkungan dan organisasi. 

Model Kepemimpinan Pemimpin.id

Banyak model kepemimpinan yang ada, pemimpin.id sebagai salah satu media pembelajar kepemimpinan mengambil salah satu model untuk dijadikan konsep kepemimpinan. Kompetensi dasar pemimpin ideal menurut konsep ini adalah: 

  • Self awareness (memiliki kesadaran penuh terhadap diri sendiri) 
  • Self concept (mempunyai konsep diri yang kukuh, terdiri dari belief, value, dan purpose) 
  • Self regulation (mampu mengelola diri sendiri) 
  • Planning and organizing (dapat membuat perencanaan dan pengorganisasian) 
  • Gaining commitment (punya kemampuan mempengaruhi orang lain dan mendapatkan komitmen tim) 
  • Empowerment (bisa mendelegasikan dan memberdayakan tim) 
  • Collaboration (kompetensi untuk berkolaborasi dengan pemangku kepentingan lain) 

Konsep yang diambil menunjukkan bahwa kualitas kepemimpinan untuk paling tidak mencakup dua ranah, yaitu kepemimpinan atas diri sendiri dan orang lain. Sebelum mampu menjadi pemimpin bagi orang lain, seorang pemimpin harus bisa memimpin dirinya sendiri. 

Proses kepemimpinan ini diharapkan dapat menciptakan leadership ecosystem yang berperan sebagai ladang untuk menumbuhkan bibit-bibit pemimpin baru. Ladang ini dapat menjadi tempat berinteraksi para pemimpin dan calon pemimpin untuk terus bertumbuh dan mengembangkan kepemimpinan dimanapun dan kapanpun. 

Self-Awarenes

Cara menjadi seorang pemimpin dimulai dengan menjadi pemimpin bagi diri sendiri. Sebelum mempelajarinya, mari merenung sejenak, tanyakan pada diri sendiri, siapa aku? Aku ingin menjadi seperti apa? 

Itu adalah salah satu bentuk dari self-awareness. Courtney E. Ackerman, M.Sc dalam Positive Psychology menyebutkan bahwa self-awareness adalah kemampuan untuk melihat diri sendiri dengan jelas dan objektif melalui refleksi dan intropeksi. Contohnya adalah mengetahui kekurangan dan kelebihan yang ada dalam diri. Idealnya, seseorang dapat meningkatkan kelebihan yang dipunya dan memperbaiki kekurangan yang ada. Jangan sampai kekurangan yang ada malah menghalanginya untuk berbuat seuatu. Inilah peran penting self-awareness. Manfaat lainnya dari self-awareness adalah: 

  • Mendorong untuk mengembangkan diri dan menjadi proaktif 
  • Mengarahkan pengambilan keputusan yang lebih baik 
  • Menjadi lebih percaya diri sehingga lebih baik dalam pengambilan keputusan seperti memilih pekerjaan 

Self-awareness dapat dibagi menjadi internal dan eksternal. Internal berkaitan dengan kepedulian diri sendiri terhadap hal yang ada pada dirinya. Eksternal adalah kepedulian diri sendiri melihat penilaian orang lain terhadap dirinya. Harvard business review membagi hal ini dalam empat tipe berdasarkan table ini 


Eksternal Self-Awareness Rendah Eksternal Self-Awareness Tinggi
Internal Self-Awareness Tinggi Introspector Aware
Internal Self-Awareness Rendah Seekers Pleaser

Berikut penjelasan masing-masing tipe: 

  • Instrospector memahami dirinya sendiri namun tidak pernah meminta feedback dari orang lain. Ini mengakibatkan ada hal yang tidak diketahui tentang dirinya dari sudut pandang orang lain. Ini yang membatasi kesuksesan seseorang.
  • Seekers belum mengenal dirinya dengan baik dan tidak tahu bagaimana orang lain melihatnya. Ini membuatnya diam di tempat bahkan frustasi dengan kemampuannya. 
  • Pleaser terlalu berfokus pada tampilan luar yang dilihat oleh orang lain sehingga tiap keputusannya berdasarkan keinginan dari luar, bukan keinginan diri sendiri. Ini membuatnya lupa akan hal yang penting untuk diri sendiri. 
  • Aware adalah tipe paling ideal karena mengenal diri sendiri dan terus meminta pendapat dari orang lain untuk melengkapi hal-hal yang belum didapat dari sudut pandangnya sendiri 

Biasanya seseorang menilai yang lain hanya berdasarkan kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman. Padahal, banyak hal tak terlihat yang mendasari hal-hal tersebut. Tiga hal penting diantaranya adalah belief, value, dan purpose. 

Belief 

Belief adalah Identitas yang dipercaya seseorang ada di dalam dirinya yang menuntun tingkah laku sehari-hari. Misalnya seseorang memiliki kepercayaan bahwa dia ganteng, maka dia akan berperilaku sebagai orang ganteng sekalipun orang lain tidak menganggap seperti itu. Belief dapat bersifat membangun dan menghambat. Membangun apabila belief tersebut bersifat positif, misalnya memiliki belief bahwa ia mudah bergaul sehingga mempunyai banyak koneksi. Di sisi lain, belief menghambat contohnya adalah percaya bahwa ia tidak bisa public speaking sehingga tidak mau belajar dan bertumbuh karena dihalangi oleh diri sendiri. 

Value 

Value atau nilai merupakan konsep yang terinternalisasi dalam diri dan akan diapresiasi serta diprioritaskan. Masing-masing orang memegang nilai yang berbeda-beda, seperti integritas atau kebermanfaatan. Ini tercermin ketika dihadapkan pada suatu pilihan, misalnya seseorang yang memegang nilai cinta lingkungan tidak akan memilih pekerjaan yang merusak lingkungan. 

Purpose 

Purpose merupakan target yang bermakna bagi diri sendiri dan dipercaya dapat memberi dampak signifikan terhadap dunia di luar diri sendiri. Ini berkaitan dengan tujuan hidup yaitu apa yang ingin dicapai. Pemimpin harus memiliki target, bukan Cuma untuk diri sendiri tapi juga lingkungan karena pemimpin memiliki kemampuan untuk mempengaruhi sehingga harus punya alasan mempengaruhi orang lain. 

Saat kita memiliki belief, value, dan purpose, maka kita akan yakin ketika memilih sesuatu. Tia Muhamad Reza (Head of Learning and Development pemimpin.id) selaku pemateri menutup materi ini dengan mengatakan bahwa mulai dari belief, yakini dulu diri kita ingin menjadi seperti apa dan definisikan dulu self-ideal yang diinginkan, setelah itu yakinlah kita akan perlahan tumbuh dan mencapai titik yang diinginkan. Saat berada pada titik yang diinginkan, kita bisa melihat ke belakang bagaimana perjalanan untuk mencapai titik ini.

Muhammad Rifqi Saifudin
Muhammad Rifqi Saifudin Abdi masyarakat yang senang menangkap momen dalam bentuk cerita. Bisa dihubungi di: - rifqimu@gmail.com - @m_rifqi_s (Instagram) - @mrifqi_s (Twitter)

2 komentar untuk "Self Concept and Self Leading: Cara Menjadi Pemimpin Bagi Diri Sendiri"

  1. Waw, keren banget. Meskipun tulisannya panjang, tapi sangat menarik untuk dinikmati.

    Bener juga ya, konsep kepemimpinan sering dipelajari dari organisasi-organisasi intra maupun ekstra yang notabene ada kepentingan pribadi di dalamnya.

    BalasHapus
  2. Emang bener sih, di sekolah tuh emang jarang ngajarin tentang kepemimpinan. Bahkan dulu waktu saya SD, yang jadi pemimpin upacara aja orangnya itu-itu aja, ketua kelas juga 😁

    Tapi waktu saya masih ngajar di SDIT, ketua kelasnya tak rolling 2 bulan sekali , di sekolah sini juga petugas upacaranya ganti tiap Minggu.

    Seandainya di SD negeri juga kayak gini semua .. mungkin lumayan bisa buat ngelatih mental anak2

    BalasHapus