Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hidup Seperti Otto

Cara ikhlas di film a man called otto
Hidup di dunia hanya sementara. Sampai detik ini, masih tidak ada yang berhasil untuk menjadi abadi. Sekalipun ada, aku belum berkenalan dengan orang itu. Maka, kita dapat sepakat bahwa suatu hari nanti kita semua akan mati. Bila ada yang tidak setuju dengan ini, silahkan untuk berhenti disini, tapi aku akan sangat senang apabila kalian terus membaca sampai selesai. 

Bagaimana dengan Reinkarnasi? 

Ada suatu konsep kehidupan yang menyatakan bahwa ketika umur sudah sampai, maka jiwa kita akan kembali lagi menjadi sesuatu di kehidupan selanjutnya. Ini konsep reinkarnasi yang kupahami, apabila ada yang memiliki pendapat lain, silahkan untuk tulis di kolom komentar. 

Aku sendiri tidak mengimani hal ini. Bagiku kehidupan seseorang akan berakhir ketika ia mencapai ajalnya. Adanya kehidupan selanjutnya adalah 100% hal baru, bukan berasal dari jiwa sebelumnya. Kenapa? Karena menurutku seandainya jiwa kita ada di kehidupan selanjutnya, maka orang-orang di muka bumi ini selama ratusan tahun sebenarnya itu-itu saja. Jadi, tidak ada dong slogan hidup Cuma sekali? Toh, kita hidup berkali-kali. 

Belajar Sayang dari Otto 

Lalu, apa yang bisa kita lakukan dengan orang yang tiada? Kehilangan adalah suatu risiko saat berjumpa dengan perkenalan. Siapapun orang yang kita kenal, suatu saat pasti akan pergi. Entah akan pergi untuk kembali atau tidak akan pernah berjumpa barang sekali, salah satunya disebabkan kematian. Ada banyak cerita mengenai perpisahan, salah satunya melalui film berjudul A Man Called Otto. 

Film ini menceritakan Otto yang ditinggalkan oleh istrinya. Di awal film diceritakan kehidupannya berakhir ketika istrinya meninggal. Ia beberapa kali mencoba untuk bunuh diri tapi selalu gagal. Satu keluarga kecil datang menjadi tetangga barunya. Kisah ia dan tetangga baru bersama-sama berkomtemplasi untuk merelakan sang istri. 

Salah satu film yang membuatku terharu. Membayangkan suatu saat nanti kehilangan istri, seorang pasangan hidup yang selama ini berjalan bersama, berjuang bersama. Apalagi kehidupan romansaku dan istri penuh dengan lika-liku. Kisah hidup kami mungkin akan kuceritakan lain kali karena banyak pandangan hidup dan iman yang tidak bisa sembarang kuungkap. 

Kembali ke Otto. Film ini menceritakan lima tahap kesedihan (the five stage of grief) dari Otto yang ditinggalkan sang istri, yaitu: Denial, Anger, Bargaining, Depression, dan Acceptance. Bagi yang ingin menonton film ini, silahkan mencari di OTT legal film berjudul “A Man Called Otto” sebelum lanjut membaca karena selanjutnya adalah full spoiler. 

Denial 

Di awal film Otto berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Hidup berjalan seperti biasa walaupun terasa ada yang kurang. 

Anger 

Otto melampiaskan semua kesedihannya ke sekitar. Di film ini ia meluapkannya pada orang-orang di komplek, bahkan pada dirinya sendiri. 

Bargaining 

Saat bersama dengan tetangga baru, Otto mengatakan bahwa dirinya lah yang membuat kematian istrinya. Ia sangat sedih kenapa bukan dia yang diambil karena hidupnya hancur setelah tidak ada istrinya. 

Depression 

Tahapan ini membuat Otto selalu merenung, setelah sebelumnya sempat ingin kembali menjalani hidup normal tapi ternyata kesedihannya masih begitu dalam. Ia kembali ingin bunuh diri. 

Acceptance 

Setelah berbagai konfik batin, akhirnya Otto sadar bahwa hidupnya harus dilanjutkan. 

Melalui Otto, pelajaran yang dapat kuambil adalah bahwa kesedihan itu ada. Tidak ada yang salah dengan menangisi yang sudah tiada. Namun, kesedihan itu janganlah berlarut-larut. Daripada terus menangisi yang sudah tiada atau menyesali yang sudah terjadi, lanjutkan saja hidup dan bercengkrama dengan yang masih ada. 

Jadikan yang tiada sebagai cambuk bahwa kita harus menjalani hidup yang lebih baik agar ia dari atas sana dapat tenang menjalani masa penantiannya. Seperti kita yang juga akan tenang menunggu waktu bertemu kembali dengannya.
Muhammad Rifqi Saifudin
Muhammad Rifqi Saifudin Abdi masyarakat yang senang menangkap momen dalam bentuk cerita. Bisa dihubungi di: - rifqimu@gmail.com - @m_rifqi_s (Instagram) - @mrifqi_s (Twitter)

Posting Komentar untuk "Hidup Seperti Otto"